Karena dr. Watson adalah jelmaan dari si penulis tersebut.
Setidaknya itulah yang ada dalam benak saya. Lihatlah fisik mereka, dr Watson sangat mirip dengan sang penulisnya, Sir Arthur Conan Doyle MD, Doctor of Medicine. Sama sama berkumis dalam versi asli dan sama-sama dokter. Disitulah penulis mewakilkan dirinya.
Dalam sebuah cerita, jika kita menggunakan sudut pandang orang lain. Maka apa yang kita ikuti akan nampak sempurna. Karena apa? Karena dari sisi orang lain. Yang lebih sedikit "cela"nya. Dibanding kita melihat diri kita sendiri yang banyak celanya. Sehingga beberapa alasan yang bisa muncul adalah.
Menjaga kewarasan pembaca
dr John Watson menyempurnakan kombinasi petualangan Sherlock Holmes. Watson dapat menceritakan sisi heroik kasus yang ditangani Sherlock dengan hati dan kebaikannya. Menjelaskan dari sisi yang rasional. Ya seperti yang banyak diketahui, sifat mereka berdua berbeda.
Dengan menggunakan sudut pandang Watson, maka kita masih terjaga kewarasannya. Kita masih mengerti saat Sherlock kecanduan kokain itu salah. Coba kalau pakai sudut pandangnya Sherlock, bisa-bisa remuk badan kita jika terpengaruh dengan logika Sherlock langsung. Apalagi ia selalu punya alasan yang masuk akal menggunakan dirinya sendiri sebagai eksperimen. Setidaknya bisa saja ada pembaca yang terpengaruh secara tak langsung atau langsung. Maka dari sinilah sisi rasionalitas dijaga oleh dr Watson.
Dengan pandangan dr Watson juga, Sherlock tetaplah memiliki sisi manusiawinya. Manusia biasa yang memiliki segudang kehebatan dan sederet kekurangan, maka itulah dr Watson melengkapi perjalanan hidup Sherlock.
Komunikator yang baik untuk para awam
Kalau Sherlock yang memecahkan kasus dan menjelaskannya langsung. Apa yang terjadi, terutama untuk pembaca yang masih awam. Kita bisa saja tidak nyambung karena berbeda level. Beda dunia dengan Sherlock. Dia langsung berfikir secara keilmuannya, ada gap yang cukup jauh dengan kita. Mau keeping up? Tentu, tak semua pembaca bisa menangkap.
Namun, berbeda jika Watson yang bercerita. Dia bisa bertanya kepada Sherlock dan Sherlock akan menjelaskan. Jadi kita pembaca awam ini akan mengerti maksud kasus yang sedang ditangani. Seolah-olah dengan begitu kita merasa sudah cerdas, padahal semua ini dibantu oleh dr Watson sebagai komunikator dalam petualangan Sherlock Holmes. Selama beberpa puluh tahun, 30 tahunan lebih sebagian besar mereka bersama (ada 56 cerita pendek dan 4 Novel yang diterbitkan penulis). Karena dalam pengembangan cerita Sherlock Holmes sendiri 3 elemen yang harus ada adalah London, deduksi dan adanya Sherlock dan Watson, menurut penerbit yang menerbitkan novel ini.
Sepanjang sebagian besar waktu itu dr Watson membuat kita mudah membacanya walau terkadang juga menunjukkan sisi bingungnya juga, sehingga kita ikut bertanya-tanya.
Tulisan pertama Sir Arthur Conan Doyle adalah "Study in Scarlet", yang ia tulis sembari menunggu pasien, persis seperti posisi dr Watson saat pertama kali menuliskan kasus Sherlock pertama kali dengan judul "Study in Scarlet".
Inspirasi tokoh Sherlock adalah mentornya dalam dunia nyata
dr Joseph Bell, dokter ahli bedah Edinburgh
Memang dalam dunia nyata, Sir Arthur Conan Doyle adalah pendamping dari seorang profesional medis bernama dr Joseph Bell. Seorang dokter yang sering memecahkan kasus dan menyimpulkan penyakit diderita pasien dengan cara deduksi. Mulai dari para pasien memasuki klinik bahkan meski tanpa berbicara dengan para pasien tersebut. Dialah inspirasi menjadi adanya Sherlock Holmes. Dan dirinya, Sir Arthur Conan Doyle tetap menjadi pendampingnya. Itulah yang beliau bayangkan, maka itulah ia menjelma menjadi Watson.