Ketika "Dewi Shinta" yang sangat cantik dengan kulit laksana rembulan nan bercahaya menjadi idaman dari masa dulu kemudian tentang standar cantik hari ini.
"Kenanganku akan wajahmu yang manis hidup kembali karena pemandangan seekor kijang, sang gajah mengingatkanku akan keagunganmu, sang bulan akan mengingatkanku akan wajahmu yang terang. Ah! aku dikuasai kecantikanmu".
—Rama merana tentang Shinta dalam Kitata Kakawin.
Kesan cantik seperti apa penggambarannya ini telah ada semenjak zaman jawa kuno dalam sastra Ramayana. Di zaman itu disebut cantik adalah seperti Dewi Shinta yaitu perempuan yang berperilaku baik, dengan kecantikan kulit bak rembulan. Fisiknya digambarkan langsing. Jadi kecantikan dianggap sepaket dengan kulit putih, cantik, juga fisik yang ramping.
Berikut adalah beberapa perwujudan dewi Shinta dari beberapa negara-negara yang berdekatan dengan Indonesia. Kecantikan dewi Shinta tak hanya dijadikan gambaran oleh Indonesia saja.
Pengaruh penjajahan
Standar kecantikan kemudian mengikuti kecantikan negara penjajah. Mau tidak mau secara langsung tidak langung pada masanya, para perempuan akan mencari bentuk seperti apa sih yang dikatakan cantik. Apalagi orang kita sering kali mudah kepengen dengan apa yang dimiliki orang lain.
Mulai dari era kolonial Belanda. Ditandai dengan hitsnya produk kecantikan ala barat yaitu sabun Palm Olive yang menyebar melalui majalah (1928 & 1937).
Sumber
Kemudian ketika penjajahan berganti dibawah Jepang. Kulit putih seperti salju menjadi dambaan perempuan masa itu. Masih melalui majalah sebagai alat komunikasi menampilkan sosok wanita Jepang yang cantik jelita dengan kulit putih, langsing disertai rambut lurus hitam (1943).
Sumber
Nah, meski merdeka, ternyata konsep cantik ini tidak juga hilang. Namun, mulai ada perubahan persepsi tentang kecantikan wanita Indonesia. Melalui produk kecantikan asli Indonesia, diantaranya yang kita kenal sampai masa kini. Viva Cosmetics, Sari Ayu dan Mustika Ratu tahun 1970an mengkomunikasikan bahwa kecantikan Indonesia itu tidak harus putih. Jargon ini masih konsisten kita dengar sampai sekarang. Bahwa menjadi cantik bisa berkuning langsat, eksotis seperti sawo matang hingga hitam manis. Meski belum sepenuhnya dapat ditempatkan.
Mitos Kecantikan hari ini yang diikuti
Meski kenyataannya pada hari ini, image cantik dan selera kecantikan masih terpenjara dengan pesona kulit putih. Barat sebagai perwakilan kulit putih, tetaplah menjadi kiblat. Untuk mendapatkan "putih" tersebut harus menghabiskan banyak sumberdaya ke klinik kecantikan (liat saja klinik kecantikan laris banget kek pisang goreng).
Banyak yang beranggapan bahwa ras Caucasian adalah ras kulit putih padahal warna kulit mereka adalah merah. Konsep kulit putih di Indonesia adalah yang memiliki warna kulit cerah, kuning langsat. Jadi di Indonesia, universal feature of beauty bisa dikatakan sebagai cantik yang ideal. Elemen mitos kecantikan itu antara lain
- Kulit putih, padahal sebenarnya kulit putih tiap negara berbeda beda.
- Tubuh ramping dan langsing. Padahal tubuh ideal bisa berbeda pada setiap kondisi kesehatan
- Wajah cantik dengan kulit cerah, hidung mancung dan ramping, mata lebar. Wajah yang bebas jerawat dan mulus. Padahal tiap daerah dan negara memiliki ciri fisik dari lahir yang berbeda-beda khasnya, kadang jerawat bisa jadi hambatan dalam perawatan, bukan berarti seseorang punya anti jerawat
- Rambut yang panjang dan lembut atau disebut dengan flowing hair. Padahal jenis rambut sudah dibawa dari lahir.
Mitos kecantikan muncul karena dipengaruhi oleh berkembangnya industri kecantikan dan media yang memproduksi penggambaran tentang bagaimanakah perempuan yang cantik, sebagai akibat dari hegemoni yang mereka sebarkan. Ada cuan mengalir deras dibaliknya. Berbagai produk kecantikan dan perawatan kecantikan. Sangat menjanjikan bergelut dalam industri ini.
Sebelum terjadinya Revolusi Industri, perempuan tidak memiliki pandangan yang sama atau sejenis mengenai kecantikan namun, perempuan modern mengalami mitos kecantikan, mereka terus menerus membandingkan dirinya dengan penggambaran fisik ideal yang disebarkan oleh media massa.
Menjadi sebuah interverensi tersendiri untuk wanita harus menyesuaikan standar cantik. Selain itu selama masih ada patriarki, mitos kecantikan akan terus ada walaupun dalam bentuk yang berbeda, dan akan terus menekan perempuan.
Gempuran cantik semenjak dini
Sumber ebay
Dimasukin lagi setelah sinyal bagus
Belum lagi gempuran itu terasa melalui boneka barbie. Saat saya kecilpun memainkan barbie juga. Terbiasa dengan itu, membuat lebih familiar yang cantik yang seperti barbie. Atau dekat-dekat lah seperti universal feature of beauty. Kemudian kecantikan tokoh-tokoh Disney, yang dulu dimana para putri lingkar pinggangnya amat tidak realiatis langsingnya. Tapi terlihat indah. Lebih mendingan sekarang, arti kecantikan digali lagi disetiap negara yang berbeda tak hanya barat.
Semakin tumbuh bersama dengan usia, persepsi tentang kecantikan makin gawat. Bersih saja tidak cukup. Harus lebih dari itu. Yang terkini, usia diatas 50 tahun pun menjalani prosedur kecantikan untuk memperoleh ungkapan kulit awet muda. Tak hanya "putih". Jadi standar generasi barbie dimasa kecil harus menghadapi kerasnya dunia, nanti setelah masuk usia tua tetap harus menjaga elistisitas kulit dan kecantikan.
Padahal ada kecantikan otentik yang menurut saya tidak kalah. Bisa merawat apa yang sudah Tuhan berikan. Dan menemukan pemaknaan yang tepat tentang arti cantik itu kemudian merawatnya sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Baik wujudnya tone warna kuning langsat, sawo matang dan hitam manis. Itu tidak kaleng-kaleng loh sepaket dengan kelebihannya.
Catatan Kaki