Teringat dengan sebuah fenomena ketika perceraian terjadi pada usia pernikahan yang sudah mature atau matang. Perceraian tidak hanya marak di usia pernikahan berumur muda saja.
Di Jepang sendiri memiliki istilah Jukunen Rikon. Jadi Jukunen Rikon dapat diartikan dengan perceraian dari pernikahan yang telah menginjak usia matang, yaitu 20 tahun ke atas.
Jukunen (熟年) yang artinya kurang lebih "mature years” dan Rikon (離婚) "bercerai". Sebenarnya perceraian masa kini lebih banyak kuantitasnya juga sebuah dampak dari era modernisasi. Karena dulu hal tersebut dianggap aib juga memalukan jika bercerai. Proses lebih atau sangat sulit, karena institusi agama juga budaya tidak melonggarkan hal tersebut. Sehingga walau ingin berpisah tapi tetap bertahan sampai meninggal. Jadi opsi untuk bercerai tidak populer dan tidak muncul. Berbeda dengan sekarang, sehingga seolah lebih marak. Padahal ya memang kemudahan bercerai lebih memungkinkan saat ini dibanding zaman dulu.
Dari pernikahan usia matang dan memilih bercerai memiliki alasan yang mirip-mirip.
- Ketika sudah memasuki usia pensiun. Rumah tangga yang berjalan lama dengan berbagai masalah yang ada seolah tidak benar-benar selesai. Suami yang biasanya lebih fokus dengan pekerjaannya. Istri yang lebih fokus mengasuh anak, sampai anak dewasa. Sedangkan interaksi suami istri tersebut yang sebenarnya sudah tidak nyaman makin terasa, apalagi anak yang tadinya menjadi perekat lebih asyik bersama teman sebayanya. Makin terasa ketika biasa dengan ketidak hadiran suami tiba-tiba harus ketemu seharian. 4 L. Lu lagi lu lagi. Bagi istri yang tertekan, dan mandiri tanpa kehadiran suami, hal ini justru menjadi masalah berat untuknya. Bahkan ada juga yang baru menyadari bahwa sebenarnya mereka selama ini tidak cocok justru saat pensiun. Hal yang lain baru sadar ketika covid. Dimana intensitas interaksi 24 jam dan ternyata mereka aslinya tidak cocok. Ketidak cocokan ini bisa berupa perselisihan, kurang komunikatif, tidak lagi intimate, perbedaan karakter, KDRT hingga perbedaan visi misi hidup.
- Dari sisi perempuan yang ingin lebih mandiri. Tidak mau selalu merasa menjadi beban suami, para istri yang ingin berpisah, memiliki banyak pilihan aktivitas baru dalam memperoleh penghasilan sendiri dan lebih luas dunianya, menjadi lebih yakin untuk bercerai.
- Perselingkuhan dan ketidaksetiaan. Hal ini banyak memicu depresi dan stress berkepanjangan bagi pasangan yang ditinggal selingkuh.
- Ingin memperbaiki hidup. Para istri yang meminta bercerai ingin hidup mereka lebih baik. Cara pandang baru tentang perceraian dan banyaknya kesempatan baru untuk membuat hidup mereka lebih baik menjadi alasan perpisahan dari pada melanjutkan pernikahan. Banyak contohnya, seperti cerita Indosiar.
- Alasan finansial. Selain masalah keuangan keluarga ada juga yang memperoleh atau menuntut pembagian harta, yang bisa jadi lebih besar dibandingkan saat menjalani pernikahan. Apalagi jika usia pernikahan lebih lama, bisa lebih banyak perolehannya. Misal yang memberikan syarat mau diceraikan jika diberikan kompensasi dengan jumlah fantastis.
- Mendapatkan dukungan perpisahan. Meski berpisah adalah keputusan sendiri. Namun, dukungan ini juga diberikan oleh orang terdekat dalam keluarga inti yaitu anak. Selama ini anak menjadi alasan bertahan, namun anak juga ingin melihat orang tuanya tidak selalu berselisih dengan berpisah. Ada juga yang memiliki kecenderungan, ketika salah satu anggota keluarganya pernah bercerai, motivasinya untuk ikut mengambil keputusan berani bercerai juga lumayan besar mempengaruhi.
Hanya meme
Selasa, 28 November 2023
Catatan Kaki