Kamis, 28 Desember 2023

Film apa yang baru saja kamu tonton?

Kemarin baru nonton ini Hamka dan Siti Raham Vol 2.


Film vol pertama yang dinilai orang lompat-lompat, kini sudah tayang kelanjutannya. Apalagi bagi yang tidak pernah membaca karya Buya Hamka seperti biografinya atau tentang pemikirannya, bisa jadi akan kurang punya gambaran. Walau sebenarnya tak terlalu berpengaruh, hanya mungkin ada kesan misal pada adegan ini lagi ngapaian dan kenapa, sehingga memberikan tanda tanya. Yaah mau bagaimana lagi, film biopik umumnya padat dan temanya tentang dakwah lagi, seperti berat. Seolah bisa saja tidak seseru itu πŸ₯². Pada beberapa bagian merasakan kurang lengkap penjelasannya dalam film. Anggap saja film vol pertama adalah ringkasan. Untuk volume kedua Iklannya pun kurang masif juga. Tapi menurut saya film volume kedua ini menarik untuk disimak.

Barangkali sengaja demikian dibuat karena lebih jelas memang di vol ke dua ini. Dan saya menantikan vol ke tiga. Volume kedua ini kisahnya lebih fokus tentang Buya dan istrinya. Tenang saja, plot nya enak untuk diikuti. Dan tahu nggak, satu bioskop kemarin saat nonton banyak yang meneteskan air mata, terdengar suara ingus bersahutan. Terutama menjelang akhir cerita. Saya sendiri harus membagikan tisu kepada orang-orang yang duduk disebelah saya. Dari pada mereka elap ingus pakai baju kan πŸ˜….

Saya kira sih sepi penontonnya. Ternyata lumayan banyak juga barengannya. Walau tidak sebanyak saat nonton Barbie πŸ˜….

OST nya yang ini amazing untuk menggambarkan mereka.

Dinyanyikan oleh Fadli, Putri Ariani dan diiringi oleh Dewa Budjana.

Volume kedua ini menceritakan latar pada periode Agresi Militer Belanda I sampai beliau diangkat menjadi ketua MUI pertama. Set tempatnya bagus sekali. Rumahnya yang di Jakarta berwarna dan bergaya vintage hehe. Visualnya okee banget.

Beberapa yang berkesan. Misal saat Siti Raham berpidato, saya masih ingat isi pidatonya karena saya pernah membacanya. Disana disampaikan dengan baik oleh Laudia sang pemeran. Saya cukup menikmati akting Laudia meski sebelumnya cukup di keluhkan karena kurang Minang. Walau bagi saya sendiri, saya cukup memperoleh pesan seorang Siti Raham yang saya baca. Berasa pengen sholehah πŸ˜†.

Saat Buya menghadapi titik rendah dalam hidupnya, ketika di penjara. Siapapun akan terkejut karena Buya memiliki sekelebat pikiran yang tidak lazim. Yang saya tahu ketika masa beliau di penjara, kesulitan yang dialami jauh lebih sulit dibanding gambaran pada film. Walaupun cukup diwakili adegan pada film itu sendiri memang menyayat hati. Akting Vino luwes mashaAllah.

Rutan Asli dimana Buya di tempatkan

Untunglah beliau, Buya dan istri masih memiliki cita-cita bersama yang selalu diingat. Menyelesaikan Tafsir Al Azhar. Oh ya Al Azhar juga masjid yang dibangun tak jauh dari tempat tinggal keluarga ini. Tafsir ini seperti lentera impian mereka bersama. Yang akhirnya justru terealisasi untuk di mulai ketika di penjara. Kitab ini dari dulu akhirnya dipakai menjadi refrensi tafsir Al Quran bagi para muslim di Asia Tenggara. Jadi tak hanya dibaca di Indonesia saja setelah Buya menyelesaikannya. Karya yang merupakan cita-cita mereka berdua ada pada Buku Tafsir Al Azhar ini. Buat saya so sweet banget.

Zaman dulu

Salah satu cetakan terbaru

Perjuangan Buya dengan tintanya. Seorang ulama yang akhirnya memilih berhenti menjadi PNS agar penanya tetap runcing. Saya teringat dengan kata mutiara dari imam Malik yang kurang lebih, “Segala sesuatu yang yang ditulis karena Allah, pasti akan abadi.” Begitu juga dengan tulisan-tulisan Buya.

Transisi ceritanya juga ada penjelasan dibawah. Jadi penonton tak perlu kawatir tak nyambung ini sedang kejadian apa. Meski judulnya seperti dua sejoli, tapi tidak ada menye-menye disini. Volume kedua lebih jelas menceritakan keberlanjutan kisah. Jadi tetap porsi lebih banyak menyorot Buya. Siti Raham yang menjadi rem, menjadi pengingat, menjadi orang yang paling pertama menginginkan Buya terus berkembang, menjadi tempat berkeluh kesah menjalani hidup. Memiliki peran yang tak kecil untuk keberhasilan seorang Buya. Tak banyak adegan perang. Karena jihadnya dan senjata Buya Hamka ada pada tulisannya.

Banyak dialog panjang dan sayang memang interaksi dengan presiden Soekarno kurang di eksplore. Selain itu bagaimana penggambaran Buya yang tidak mendendam bahkan masih menjadi tempat kembali rekan-rekan yang berseberangan dengannya. Masyarakat sering datang untuk berkonsultasi tentang masalah hukum pada Buya termasuk anak dari Pramoedya Ananta Toer diminta oleh ayahnya untuk belajar pada Buya sebelum menikah.

Bagi yang ingin mendapat siraman kalbu, yang penat dari hiruk pikuk kehidupan. Dan ingin memperoleh pandangan hidup yang menyegarkan film ini cocok untuk anda πŸ˜‰. Gak rugi deh. Dengan nonton film biopik ini khazanah kita akan tokoh Indonesia tidak berhenti sampai pada Soekarno, Mohammad Hatta atau Jendral Soedirman saja.

Kamis, 28 Desember 2023