Pertama kali diproduksi pada tahun 1926 oleh NV Java Film Company. Film bisu. Sebenarnya termasuk ketinggalan. Karena di bumi belahan lain, film sudah ada suaranya. Yang membuat film ini adalah orang Jerman dan Belanda di Bandung. Film ini dianggap cerita asli Indonesia.
Meski sebelumnya sudah ada film yang diputar. Masa itu masih masa Hindia Belanda. Film yang diputar masih sebuah film dokumenter tentang perjalanan Ratu dan Raja Belanda di Den Haag. Tayang pada 5 Desember 1900 di Batavia (sekarang Jakarta).
Waktu itu, film disebut “Gambar Idoep”. Diputar pertama kali di Tanah Abang. Hasilnya tidak sukses karena harga karcisnya kemahalan. Sehingga tanggal 1 Januari 1901, harga karcis dikurangi hingga 75% agar mendapatkan lebih banyak penonton.
Barulah pada tahun 1905 kita menonton film yang diimpor dari Amerika. Film-film impor ini berubah judul ke dalam bahasa Melayu. Ternyata sangat laku dan pertumbuhan penonton signifikan.
Berikut 10 judul film lokal yang awal diputar
1. 'Loetoeng Kasaroeng' (1926). Film ini pernah dua kali diremake yaitu pada tahun 1952 dan 1983. Cerita film ini diambil dari cerita yang populer di masyarakat Sunda dengan tokoh utama yang menyerupai seekor lutung.
2. 'Eulis Atjih' (1927). Film bisu bergenre melodrama keluarga. Ditinggal suami yang foya-foya dengan perempuan lain. 😁 familiar yaa ceritanya. Sutradaranya sama dengan film Loetoeng Kasaroeng.
3. 'Lily Van Java' (1928). Sutradaranya asal Amerika dan diteruskan oleh yang lain produksinya. Film ini tentang seorang gadis yang dijodohkan oleh orang tuanya padahal ia sudah memiliki pilihan sendiri. Kabarnya, film Tionghoa pertama yang dibuat di Indonesia ini sangat digemari saat itu hingga pita filmnya rusak.
4. 'Resia Boroboedoer' (1928). Film ini diproduksi oleh Nancing Film Co, yang dibintangi Olive Young. Film bisu ini bercerita tentang Young Pei Fen yang menemukan sebuah buku rahasia milik ayahnya. Isinya tentang sebuah bangunan candi terkenal di Magelang, Jawa Tengah, Candi Borobudur yang di dalam buku itu disebut menyimpan harta karun. Harta karun tersebut adalah guci berisi abu sang Buddha Gautama. Vibesnya kayak petualangan arkeologi ya😁.
5. 'Setangan Berloemoer Darah' (1928). Sayang, tidak banyak informasi mengenai film ini.
6. 'Njai Dasima I' (1929). Film ini diadaptasi dari sebuah karangan G Francis tahun 1896. Cerita ini diambil dari kisah nyata seorang istri simpanan bernama Njai Dasima dengan latar 1813-1820.
Njai Dasima adalah gadis dari Kuripan, Bogor. Dia pindah ke Batavia karena menjadi istri simpanan seorang pria berkebangsaan Inggris bernama Edward William.
Njai Dasima terkenal karena kecantikan dan kekayaannya. Namun akhirnya nasibnya memprihatinkan setelah dipersunting seorang lelaki beristri bernama Samiun. Ini kayak tema cerita pintu taubat ya🥲.
7. 'Rampok Preanger' (1929). Film ini disutradarai oleh Nelson Wong. Namun sayang, informasi tentang film ini tidak terlalu lengkap.
8. 'Si Tjonat' (1929). Cerita dalam film ini berputar pada kisah seseorang yang dijuluki si Tjonat. Nakal sejak kecil, melarikan diri ke Batavia setelah membunuh temannya. Di kota ini ia menjadi jongos seorang Belanda, bukannya berterima kasih karena mendapat pekerjaan, ia juga menggerogoti harta majikannya.
Tak lama kemudian ia beralih profesi menjadi seorang perampok dan jatuh cinta kepada Lie Gouw Nio (Ku Fung May). Namun cintanya bertepuk sebelah tangan.
9. 'Si Ronda' (1930). Tentang kisah seorang jagoan perkelahian yang mengandung unsur kebudayaan Cina.
10. 'Boenga Roos dari Tjikembang' (1931). Ini merupakan film bersuara pertama di Indonesia, film ini bercerita tentang hubungan kasih antar etnis Cina & pribumi. Pernah dipentaskan Union Dalia Opera pada 1927, meskipun cuma ringkasan cerita saja, yaitu tentang Indo-Tiongha.
Catatan Kaki