Jumat, 20 Oktober 2023

Bagaimana ceritanya pahlawan asal korea yang ikut memperjuangkan kemerdekaan indonesia apa ada yang tahu?

 

Ada seorang pejuang kemerdekaan yang bernama Komarudin. Nama aslinya Yang Chil-Seong (양칠성). Namun meski berasal dari Korea, beliau juga memiliki nama Jepang yaitu Shichisei Yanagawa (梁川七星). Lahir pada tanggal 29 Mei 1919 di Kabupaten Wanju, Provinsi Jeolla, Korea Selatan.


Oppa

Komarudin tidak kembali ke Korea setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Beliau memilih tetap tinggal di Indonesia bergabung dengan tentara Indonesia dan memeluk agama Islam. Ia juga sudah jatuh hati dan akhirnya menikah dengan gadis Indonesia. Jadi nama Komarudin merupakan nama yang ia miliki setelah menjadi muslim. Nama ini juga tertulis pada batu nisannya dengan tambahan arti 'bulan yang menerangi Indonesia'.


Identitas yang Akhirnya Terungkap

Identitasnya yang merupakan warga Korea ini juga tidak langsung diketahui. Karena pergerakannya senyap sebelumnya dan berbaur dengan masyarakat Indonesia, sedikit yang bisa diungkap. Sampai suatu saat diselidiki dan ditelusuri tentang keluarga asalnya untuk keperluan upacara relokasi kuburan. Barulah terkoneksi kembali puzzle kehidupannya. Hal ini karena jasa peran penting dari pasangan suami istri Professor dari Universitas Waseda bernama Yoshinori Murai (68, 村井吉敬) dan Aiko Utsumi (70, 內海愛子) dalam mengungkap aktivitas 'Yang Chil-seong Korea'. Professor Murai dan Professor Utsumi sendiri menjadi penerjemah upacara relokasi kuburan pada tahun 1976.

Mereka akhirnya mengeluarkan buku dengan judul 'Pemberontakan Korea di Bawah Khatulistiwa'. Hasil penelitiannya selama 30 tahun juga dimasukkan kedalam buku ini.

Nah ternyata Komarudin mulanya ditugaskan oleh pemerintah kolonial Jepang sebagai penjaga tawanan tentara sekutu di Bandung pada tahun 1942. Saat itu baik Korea dan Indonesia sama-sama sedang dijajah oleh Jepang. Banyak serdadu dari Korea diboyong oleh Jepang ke Indonesia untuk keperluan keamanan.

Ia sendiri diam-diam telah membentuk sebuah perkumpulan rahasia yang disebut 'Partai Pemuda Kemerdekaan Koryo' untuk melawan Jepang bahkan sebelum jatuhnya Jepang. Ia adalah jago dalam berstrategi dan lihai merakit ranjau.

"Dia punya kemampuan lebih dibandingkan asisten tentara. Dia bisa merakit ranjau, punya kemampuan berbahasa yang bagus, termasuk bahasa Jepang dan Indonesia," kata Rostineu, dosen Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI).


Ketika Jepang Kalah dan Memilih Tinggal di Indonesia

Saat Jepang akhirnya kalah pasca meledaknya bom di Hiroshima dan Nagasaki, semua pasukan Jepang yang dibawa Jepang akan ditangkap. Banyak diantara mereka yang pulang ke negaranya agar tidak dieksekusi oleh Belanda.

Mengetahui hidupnya ada dalam bahaya justru Komarudin memilih tinggal di Indonesia dan menghabiskan hidupnya untuk berjuang. Jadi saat itu Komarudin ikut berperang, ketika Belanda kembali lagi dengan Agresi yang tidak mau mengakui kedaulatan negeri ini.

Komarudin ini dikenal membuat pusing tujuh keliling pasukan Belanda. Ia bergabung dengan tentara dan Bergerilya. Bersama dengan dua mantan tentara Jepang yang juga akhirnya menjadi muslim dan ikut berjuang dalam kemerdekaan Indonesia, mereka ikut masuk ke dalam pasukan gerilya bernama Pasukan Pangeran Papak. Pasukan Pangeran Papak (PPP) Garut dari Markas Besar Gerilya Galunggung (MBGG) pimpinan Mayor Kosasih, yang bermarkas di Kecamatan Wanaraja, Garut pada Maret 1946.

Kelompok inilah yang melakukan serangan mematikan. Belanda yang pusing ingin menangkap mereka untuk dieksekusi.

Oh ya nama kedua rekan tentara asal Jepang itu bernama Hasegawa (Abubakar) dan Masahiro Aoki (Usman), bersama Komarudin, mereka dikenal akan kemampuan bertempur yang baik.

Beliau ini menurut saya mirip pitung. Konon kebal dari peluru dan pandai bela diri, hmm mirip si Pitung yang punya ilmu rawa rontek😅. Jadi ia memiliki pola serangan yang unik dan jago membuat taktik. Semasa berjuang membela NKRI, Komarudin juga pernah menggagalkan Belanda dalam menguasai kawasan Wanaraja. Mereka bertiga pun juga terlibat dalam peristiwa Bandung Lautan Api yang sangat melegenda itu.

"Bahkan ketika saya meninggal, saya ingin Indonesia Merdeka. Merdeka, Merdeka, Merdeka!”

~Komarudin.

Setelah berjuang mati-matian, Komarudin, Abubakar, Usman, dan seorang pejuang Indonesia yang bernama Djoehana tertangkap di Gunung Dora oleh Belanda dianggap melakukan tindakan makar kepada Belanda. Pada tanggal 10 Agustus 1949, Komarudin, Abubakar, dan Usman dieksekusi di Kerkhoff, Garut. Sebelum peluru menembus jantungnya, dia masih sempat meneriakan pekik “Merdeka!!!”.

Sementara itu, Djoehana mendapat hukuman penjara di LP Cipinang. Mereka dimakamkan di TPU Pasir Pogor, lalu tahun 1975 dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Tenjolaya, Garut.

"Komarudin menjalani kehidupan baru di negara yang sudah terasa seperti Tanah Air sendiri. Mereka dikaruniai seorang putra tahun 1946 bernama Eddy Jawan," begitu keterangan yang disiarkan dalam dokumenter KBS. Namun anaknya meninggal tahun 1998. 



Di Taman Makam Pahlawan Tenjolaya, Garut.

Putra Yang Chil Seong atau Komarudin bersama keluarga dari Korea pada upacara peresmian penggantian nisan 1995

Makam juga akhirnya di pindah dan dimakamkan di Taman Pemakaman Nasional Kalibata di Jakarta. Saat itu pemerintah Korea Selatan dan pemerintah Indonesia mendatangi makam dari pejuang ini untuk mengganti nisannya secara militer. Dari penggantian ini, Komarudin resmi menjadi salah satu pahlawan Indonesia meski keberadaannya tidak banyak yang mengetahui. Namun masih ada beberapa rekan Komarudin yang hidup dan memberikan saksi tentang kiprahnya saat perjuangan. Dari situlah berbagai hal telah terkonfirmasi.

Apakah cerita beliau ini mau di filmkan? Apakah ini yang konon kabarnya akan di perankan oleh Kim Bum dan Maudi Ayunda? Pada judul tanah air kedua?

Hmmm Oke. Kebetulan banget tadinya hanya sekedar jawab ini saja.. eh kok jadi teringat akan kabar rencana penggarapan yang mirip figur ini yaitu "tanah air kedua" yaa walau saya nggak tahu.. maka lihat saja nanti ya.

Semoga yang terbaik.. jika betul digarap, saya rasa film ini sangat berpeluang membuat kerjasama Korea Indonesia menjadi lebih baik lagi. Figur yang diangkat benar-benar hero. Pak Komarudin beserta rekan-rekannya. 

Catatan Kaki