Selasa, 31 Oktober 2023

Jika hidup di tahun 1955, kira-kira partai politik mana yang akan kamu pilih?

Wah jaman nenek dan orang tuanya nenek nih. Nah ada cerita tentang satu partai yang unik sekali pada masa tersebut. Namanya dan lambangnya. Sayang saya lama mencari tidak jua ketemu ilustrasi gambar partainya. Namun bisa lah digambarkan. Namanya partai Besut. Unik kan!

Pada tahun 1955, menurut catatan, disebutkan bahwa di Yogyakarta kala itu ada partai lokal bernama Partai Besut, yang tentu saja dipimpin oleh Pak Besut.

Lambangnya adalah setrika zaman dulu yang ada simbol ayam jago. Jadi jika kita membesut pakaian yang tidak rapi, menjadi licin dan rapi deh dengan setrika. Menyetrika adalah salah satu teknis yang sering saya lakukan dalam proses menjahit, agar kain rapih ketika dijahit. Jadi terasa familiar dengan simbol setrika.

Setrika arang ayam jago

Sumber gambar partai


Pak besut yang memiliki nama panjang Pancratius Suradi Wardoyo (lahir di Telep, Sragen tahun 1910-1984), beragama Katolik. Beliau memiliki 4 orang anak, 19 cucu dan belasan cicit. Beliau salah satu tokoh penerangan Indonesia. Beliau merupakan wartawan tiga jaman. Teman seangkatannya adalah Darmosoegito, Darmosugondo dan Sayuti malik. Pak Besut lebih dikenal sebagai juru penerang yang menggunakan radio dari pada surat kabar. Beliau merajai acara di radio pada masanya karena banyak yang suka.

Pak Besut mengisi acara melalui Radio Republik Indonesia Yogyakarta dengan judul obrolan Pak Besut dimulai dari tanggal 16 Desember 1945 sampai Agustus 1981. Jadi selama 36 tahun mengisi acara beliau sampai beliau kemudian sakit stroke dan perlu istirahat lebih banyak. Obrolan Pak Besut ini juga di bukukan pada tahun 1983 untuk mengobati rindu para pendengarnya.


Beliau pernah menjadi guru swasta di Demak, Purwodadi, Semarang, dan Yogyakarta. Pak besut memulai karirnya sebagai wartawan freelance di harian Nasional pada tahun 1946.

Beliau menjadi redaktur harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta tahun 1956. Pada tahun 1971, beliau menjadi anggota dewan tingkat satu Yogyakarta. Namun, beliau tetap mengisi artikel pada majalah berbahasa jawa Mekarsari.

Pak Besut yang memang populer di kalangan pendengarnya itu mendapat suara yang cukup untuk bisa membawanya menjadi anggota legislatif. Beliau terpilih sebagai anggota DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada tahun 1966 pun juga diminta oleh DPD Golkar DIY menjadi anggota DPRGR DIY. Setelah Pemilu 1971 dan 1977 tetap menduduki kursi tersebut.

Sumber

Catatan Kaki