Memperingati hari batik nasional tanggal 2 oktober 2023
Kita sering menemui beragam informasi tentang batik terutama setelah diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO. Batik menjadi lebih banyak diperbincangkan, dikenakan hingga banyak inovasi dengan berbagai macam motif. Dari yang klasik, elegan atau bahkan juga yang ramai motifnya. Dari yang harganya murah permeter dibawah ratusan ribu hingga jutaan permeter atau lebih. Apalagi motif-motif tertentu dan dalam pembuatannya tidak sembarang jadi.
Salah satu hal saja tentang batik. Sebenarnya banyak juga yang masih belum bisa membedakan mana yang batik dan bukan, mengira bahwa setiap motif batik pasti batik. Padahal belum tentu. Yang print cetak mesin, juga eco print itu bukan termasuk batik. Motif batik bisa saja dicetak dengan mesin dan harganya bisa lebih terjangkau dan ekonomis, dan ini tidak termasuk batik.
Juga kita sering menemui informasi tentang arti batik merupakan kepanjangan dari amba dan titik yang kemudian disingkat jadi ambatik. Misal dalam postingan seperti ini
Mungkin disini saya hanya sekedar ingin menambahkan informasi terkait arti membatik. Yang saya dapatkan dari pemerhati dan ahli kain Pak Adi Kusrianto. Khususnya kain Batik. Hal ini sangat menarik untuk di angkat.
Dalam postingan diatas seringkali kita temukan memang dalam banyak kutipan seperti itu. Batik diambil dari kata BA dari AMBA (dibaca ombo) yang berarti lebar dan TIK dari Titik. Jadi Batik adalah titik yang ombo atau lebar. Dalam bahasa Jawa pada istilah ini, yang tulisanya AMBA tapi bacanya OMBO, yang yang artinya lebar, luas. Jadi kalau akhirnya diartikan batik adalah titik yang luas itu menjadi kurang tepat.
Menurut etimogi yang di gunakan oleh Musman dan Arini (2011), dimana tulisannya ini telah dikutip berkali-kali oleh penulis lain, batik terdiri dari kata “mbat” dan “tik”. “mbat” dari kata ngembat yang berarti memukul atau melempar berkali-kali. Sedangkan “tik” berasal dari kata nitik yang berarti titik. Membatik berarti melempar titik-titik berulang kali pada selembar kain hingga membentuk suatu corak tertentu. Menurut beliau, kurang tepat jika membatik seperti memukul atau melempar-lempar begitu.
Java, the Garden of the East - A Javanese young Woman 1922
Masih dalam penjelasan beliau. Supaya tidak salah memahami maka kita bisa mengambil atau menelusuri referensi yang dipakai secara nasional dan internasional, The Batik Kuns in Nederlands Indie, tulisan G.P. Rouffaer dan Dr. H.H. Juynboll.
Sebelum membuat laporan tentang batik, mereka memulai dengan memahami kata batik, apakah kosa kata ini adalah kata yang khas dari suku Jawa yang berlaku dalam bahasa Jawa. Maka G.P. Rouffaer dan Dr. H.H. Juynboll mencoba melakukan studi untuk mencari kata batik ini pada suku-suku di sekitar pulau Jawa, hingga suku Dayak di Kalimantan, suku Toraja di Sulawesi hingga ke pulau Mindanao Filipina, Pulau Fiji, kemudian ke Malaya.
Kesimpulannya kosa kata Batik dan Ambatik adalah berasal dari bahasa Jawa Ngoko (bahasa jawa untuk strata bawah), dimana batik (sebagai kata benda) dan ambatik (sebagai kata kerja).
Sedangkan dalam bahasa Jawa Krama (bahasa Jawa strata atas), “batik” artinya “serat” (berupa kata benda) yang berarti tulisan, dan ambatik artinya nyerat (kata kerja) yang berarti menulis.
Dalam penulisan pada aksara latin, kata Ambatik kadang ditulis Hambatik, karena dalam aksara Jawa tidak ada huruf “A”, yang ada “Ho” menjadi “Ha”, oleh karenanya secara transliterasi bisa saja terjadi kerancuan antara AMBATIK menjadi HAMBATIK.
Jadi bukan melempar-lemparkan titik-titik ke kain ya. Melempar atau memukul dengan menulis adalah hal yang berbeda. Batik itu bukan membuat titik, tetapi membuat goresan, membuat garis, atau menulis. Makanya membatik dengan canting itu disebut batik Tulis.
Dalam Batik itu memang ada batik Nitik, itu baru muncul di abad ke 18 (tahun 1700an) yang merupakan tiruan terhadap motif-motif Tenun Patola dari India. Di Pekalongan Namanya Jlamprang, di Yogya namanya Batik Nitik. Padahal istilah Batik itu sudah ada sejak abad ke 12 atau malah mungkin lebih lama lagi.
Demikian penjelasan singkat dari ahlinya.
Sumber Adi Kusrianto
Catatan Kaki