Senin, 10 Maret 2025

Seperti apakah kesenian wayang di mata orang luar negeri?

Sesuatu yang indah untuk dinikmati dengan banyak ekspresi. Bahkan ikut mempelajarinya juga. Misalnya yang ini, pertunjukan yang ditampilkan seperti wayang orang.

Namun, pertunjukkan ini tidak bercerita tentang epos Ramayana. Para lakon penampil ini menceritakan tentang sebuah cinta segi empat yang mumet. Menariknya pertunjukan ini terjadi pada era Hindia Belanda, berjudul Attima.

Sebagai Attima, gerakannya sudah ndegeg. Kuncinya ada di pernafasan yang kuat.

Attima merupakan pertunjukkan lakon yang dimainkan oleh orang-orang Belanda di Weltevreden pada tanggal 8 dan 10 Desember 1922.

Weltevreden dalam bahasa Belanda yang berarti dalam suasana tenang dan puas. Weltevreden adalah sebuah tempat wisata pertama masyarakat kolonial Belanda di Jakarta. Letaknya sendiri di sekitar Sawah Besar, Jakarta Pusat, Indonesia. Weltevreden juga menjadi daerah tempat tinggal utama orang-orang Eropa di pinggiran Batavia, Hindia Belanda.


Isi ceritanya yaitu tadi, tentang cinta segi empat yang sangat memusingkan.

Bermula dari Armand, seorang pria Eropa. Armand jatuh cinta kepada Attima. Attima merupakan wanita Jawa dengan profesi sebagai penari.


Kartono sedang pusing

Padahal Attima sendiri sudah memiliki calon bernama Kartono. Attima telah berjanji akan menikah dengan Kartono, ia adalah seorang pemain biola. Rupanya cinta memang bersaing. Kartono sendiri ditaksir oleh Aissa.


Mengejar cinta Kartono


Puyeng yaa..

Bagian paling dramatis dalam lakon ini. Attima meninggal.


Hematnya, sejak zaman dulu seni wayang di Indonesia yang saat itu belum bernama Indonesia telah diminati, bahkan dipelajari dan membuat karya baru lagi dengan referensi yang di dalami. Sampai saat ini secara reguler wayang orang sering di tampilkan di luar negeri, seperti Jerman

Amerika hingga Australia . Tak hanya Indonesia sendiri yang melestarikan. Banyak penggiat seni yang notabene warga negara asing seperti Eropa dan Amerika juga ingin terus melestarikan. Unik bukan?.

Sumber : Tjaja Hindia tahun 1922. Perpusnas.

Selasa, 11 Maret 2025.

Catatan Kaki