Kamis, 23 November 2023

Benarkah RA Kartini pernah jatuh cinta pada Haji Agus Salim, bagaimana kisahnya?

Cerita yang menghubungkan mereka adalah saat RA Kartini pernah menawarkan jatah beasiswanya yang tak jadi digunakan untuk ditawarkan kepada Haji Agus Salim. Namun hal ini ditolak oleh yang bersangkutan. Itu sekelumit yang saya pernah dengar.

Pada saat itu RA kartini memperoleh beasiswa ke Belanda. Namun ia tak mendapat izin oleh orang tuanya karena beliau telah dijodohkan dengan bupati Rembang, Joyodiningrat. Artinya sebentar lagi masuk masa pingit, yang mana tak bisa menemui siapapun. Sehingga cita-citanya melanjutkan pendidikan ke Belanda kandas.

Di waktu yang berdekatan. Terdengar kabar yang tersebar lewat media massa baik dimuat oleh majalah dan koran. Seorang pemuda cemerlang mengalami penolakan pengajuan beasiswa oleh Belanda. Pemuda ini dipromosikan oleh guru-guru HBS untuk memperoleh beasiswa pemerintah Hindia Belanda guna melanjutkan studi ke sekolah kedokteran Tot Opleiding van Inlandsch Artsen (STOVIA), nama Haji Agus Salim masuk dalam daftar pemohon yang ditolak.

HBS adalah Hoogere Burgerschool dalam ejaan bahasa Belanda lebih baru Hogere Burgerschool disingkat HBS merupakan pendidikan menengah umum pada zaman Hindia Belanda untuk orang Belanda, Eropa, Tionghoa, dan elite pribumi dengan bahasa pengantar bahasa Belanda.

Mendengar kabar ini, tentunya H Agus Salim kecewa, bahkan tidak mengulangi pendaftaran beasiswa ini lagi karena menganggap para perekrut calon penerima beasiswanya tidak netral, yang mana mereka justru memilih orang-orang Eropa yang tak berprestasi untuk mendapat beasiswa.

Saat itu Haji Agus Salim muda memang terkenal akan kepandaiannya. Ia sendiri memperoleh nilai tertinggi untuk semua lulusan HBS se jawa di Batavia. Tentu ini merupakan bakat langka di masanya.

Lalu tahun 1903 RA Kartini mengirimi sepucuk surat kepada sahabatnya Ny. Abendanon untuk membujuk suaminya (Mr JH Abendanon) agar mengalihkan beasiswa untuknya kepada Agus Salim. Mr JH Abendanon (1852- 1925), Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda (1900- 1905). Sejak 1900 inilah berdiri sekolah-sekolah, baik untuk kaum priyayi maupun rakyat biasa yang hampir merata di daerah-daerah.

"Saya punya suatu permohonan yang penting sekali untuk nyonya, tapi sesungguhnya permohonan itu ditunjukan kepada Tuan (Abendanon). Maukah Nyonya meneruskannya kepadanya?,"

Kami, tertarik sekali kepada seorang anak muda. Kami ingin melihat dia dikaruniai bahagia. Anak muda itu namanya Salim, dia orang Sumatera asal Riau, yang dalam tahun ini mengikuti ujian penghabisan sekolah menengah HBS, dan ia keluar sebagai juara. Juara pertama dari ketiga-tiga HBS.

"Anak muda itu ingin sekali pergi ke Negeri Belanda untuk belajar menjadi dokter. Sayang sekali, keadaan keuangannya tidak memungkinkan. Gaji ayahnya cuma F 150 –sebulan."

Namun H Agus Salim menolak pengalihan beasiswa tersebut. Ia merasa beasiswa tersebut bukan lantaran penghargaan atas kecerdasan dan jerih payahnya, melainkan karena usul orang lain. Menurutnya hal ini tidak fair.

Kemudian pada tahun 1906, H Agus Salim diketahui kemudian berangkat ke Arab untuk bekerja sebagai penerjemah di konsulat Belanda. Di sana beliau juga berguru kepada Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, imam besar Masjidil Haram, guru Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) dan Hasyim Asyari (pendiri NU). Sepulang dari Arab, Agus Salim mendirikan sekolah, bekerja pada pemerintah, lalu keluar dan aktif sebagai politisi di PSI.

Sumber dinas perpustakaan Bukittinggi. H Agus Salim muda.


Dari hal ini maksud ketertarikan RA Kartini lebih kepada menyayangkan jika bakat H Agus Salim di sia-siakan. Melihat potensi besar siapapun dapat tergerak hatinya membantu atau memperjuangkan meski tak saling kenal. Apalagi saat itu RA Kartini akan menikah jadi saya kira arahnya terlihat bukan tentang hal lain. Saya pun juga bisa saja melakukan hal serupa seperti RA Kartini. Karena motivasi tergerak untuk membantu bakat yang sayang jika tenggelam.


Sumber

Grand Old Man Of The Republic : Haji Agus Salim dan Konflik Politik Sarekat Islam/Suradi

Catatan Kaki