Ada satu kisah yang akan memberikan rasa hormat kepada merpati. Sungguh-sungguh menggambarkan bahwa 'Merpati memang tidak pernah ingkar janji'.
Merpati itu ternyata sebelumnya merupakan hewan peliharaan dan dilatih oleh TRI (Tentara Republik Indonesia) untuk menyampaikan pesan antar satuan.
Cara kerjanya adalah surat atau informasi rahasia dimasukkan dalam tabung kecil dan diikat di bagian kaki merpati. Setelah itu, merpati terbang mengantarkannya ke pejuang yang akan menerima surat rahasia itu.
Sampai suatu saat terjadilah hal yang mengkhwatirkan, sang letnan terendus keberadaannya oleh tentara Belanda. Akhirnya penembak jitu dari pihak tentara Belanda membidik merpati ini yang sedang terbang dengan membawa sebuah misi. Saat itu Belanda memang kewalahan menghadapi TRI yang dicurigai mendapatkan pesan dari burung merpati.
Dor! P3luru menembus tubuh sang letnan. Kibasan sayap kemudian melemah, dar4h b3rcucuran. Sang letnan tetap terbang sampai di tujuan. Hal ini diceritakan dalam buku 'Album Perang Kemerdekaan'. Sang letnan jatuh di depan komandan perwira TRI, kemudian ia mat1 dengan utuh membawa pesan dari misi terakhir yang berhasil diselesaikannya. Karena itulah merpati ini kemudian diberi penghargaan letnan anumerta.
Atas jasanya, merpati tersebut diawetkan agar dapat dikenang. Perwira pejuang kemerdekaan yang saat itu menantinya menerima pesan kemudian menyerahkan sang merpati kepada museum. Hingga kini, merpati ini bisa dilihat di Museum Brawijaya.
Burung merpati ini barangkali telah menjadi satu hal yang unik di Museum Brawijaya di Kota Malang, Jawa Timur. Sang letnan inilah satu-satunya makhluk hidup yang diberi air keras dan dipajang di museum.
Sumber : dimuat pada Album Perang Kemerdekaan 1945-1950, yang diterbitkan Badan Penerbit Almanak RI.
Catatan Kaki