Misterius, dan akan selalu bergerak dalam senyap….
Ada satu nama seorang agen perempuan Indonesia yang fenomenal pada masanya. Menjadi Telik Sandi Sragen, Penakluk Serdadu KNIL, istilah mudahnya untuk kita yang awam, semacam mata-mata, atau sekarang sering kita sebut sebagai anggota intelejen. Karena meski merdeka agustus tahun 45, Indonesia masih dalam tekanan Agresi Militer Belanda. Jadi secara langsung tak langsung perjuangan masih berlanjut.
Adalah seorang pejuang yang ikut dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Sragen. Kiprahnya mulai tahun 1947 (setelah Agresi Militer Belanda I) hingga tahun 1950 (setelah pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda).
Namanya pernah diabadikan menjadi sebuah nama jalan oleh pemerintah setempat. Sebenarnya informasi tentang beliau cukup terbatas, misterius dan agak sulit dilacak.
Nama agen telik sandi itu adalah Soemeini.
Bu Soemeini saat sungkeman Idul Fitri.
Ia merupakan seorang pelajar lulusan MULO Surakarta dan ikut Laskar Wanita Indonesia (LASWI) yang berdiri tahun 12 oktober 1945. Oganisasi ini juga mengalami fusi atau penggabungan dengan Laskar Putri (LPI) yang lahir tanggal 30 oktober 1945 di Surakarta, kemudian LPI kembali melepaskan diri sebagai badan kejuangan mandiri pada Mei 1948.
Saat Agresi Militer Belanda I pada 21 Juli 1947, Soemeini bertugas di Sragen. Kala itu ia sedang berstatus pelajar, Soemeini diminta masuk dalam kesatuan Tentara Pelajar yang ada di Sragen. Saat itu usianya sekitar 17 tahun atau dalam sumber lain 18 tahun dan diberi pangkat militer prajurit dua.
Ia mendapat tugas yang tergolong berbahaya. Yaitu harus mengumpulkan informasi tentang kekuatan militer Belanda yang saat itu bermarkas di Pabrik Gula Modjo. Saat menjalankan tugas inilah ia menggunakan taktik yang unik dan akhirnya melegenda. Mungkin jadi seperti di film-film Hollywood.
Menikahi seorang pengawas pabrik gula
Dengan berbagai cara dan penyamaran, menargetkan para meneer. Ternyata ada yang kepincut, seorang pegawai pengawas (sinder) pabrik yang terpikat lalu menikahi Soemeini. Ya dengan demikian aksesnya terhadap pabrik gula terbuka lebar. Ia tak hanya berteman dengan karyawan pabrik gula namun juga serdadu Belanda. Sukseslah ia mengkoleksi informasi kekuatan militer Belanda melalui pabrik gula Modjo.
Memang lihai sekali ngobrolnya. Sampai-sampai ia berhasil menemukan pemetaan kekuatan Belanda. Seperti :
- Ada 3 kompi atau sekitar 300 serdadu bersenjata. Terdiri atas prajurit KNIL tentara regular Hindia Belanda dan Korps Speciale Troepen (KST) adalah pasukan khusus Negara Belanda (kalau di Indonesia seperti Kopassus, Marinir, Paskhas, dsj.
- Berkali-kali rencana pergerakan militer Belanda dibocorkan kepada komandan di Sragen, Mayor Hartadi. Sehingga berkali-kali pabrik ini mengalami serangan dari pejuang Indonesia.
Yang paling epic adalah
Saat bulan Mei 1949, Soemeini berhasil membujuk satu peleton prajurit KNIL membelot dan meninggalkan markas pabrik gula Modjo dan justru bergabung dengan pejuang Republik. Gimana? Gokil banget kan. Ia menjadi legenda karena keberhasilannya ‘menjinakkan’ belasan serdadu Belanda. Yang membelot ini adalah dari kalangan bumiputera. Yang membawa persenjataan modern dan berbalik melawan militer Belanda.
Sumber foto solo zaman dulu
Selesai bertugas
Soemeini akhirnya pensiun bertugas sebagai telik sandi di Sragen tahun 1950, yaitu setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia 27 Desember 1949. Hebatnya lagi selama bertugas, aksi mata-mata Soemeini tak pernah tercium Belanda. Aman banget.
Lalu bagimana kelanjutannya dalam pernikahannya tidak banyak cerita kecuali keterangan yang bersumber dari sesama rekannya. Kisah hidupnya menjadi misterius dan hanya bergerak dalam senyap.
Jejak mengenang jasanya
Untuk mengenang dan menghargai jasanya dalam membela kemerdekaan, Pemerintah Kabupaten Sragen menisbatkan nama Soemeini menjadi ruas jalan yang membentang antara perempatan Transit Sragen ke arah Batujamus.
Peresmian nama Jalan Soemeini dilakukan oleh Bupati Sragen pada 2004. Sayangnya, nama jalan tersebut kini telah berganti nama menjadi Jalan Raya Sragen-Batujamus di bawah pengelolaan Provinsi Jawa Tengah.
Namun masih ada sisa-sisa artefak peninggalan nama beliau, karena memang lebih familiar dikenal warga meski jalan sudah memakai nama baru.
Sumber Cagar Budaya kabupaten Sragen
Bagaimana rasanya? Sebagai agen intelejen, semakin tak berjejak semakin bagus, semakin aman. Dan siap untuk tak dikenang. Karena bergerak dalam senyap.
Catatan Kaki